Peneliti lembaga kesehatan maupun otoritas kesehatan di berbagai negara berlomba untuk mencari alat tes andal untuk mendeteksi Covid-19 akibat infeksi virus corona (SARS-CoV-2).
Alat tes massal ini diperlukan untuk menekan penyebaran pandemi Covid-19. Dengan alat tes ini, para pasien positif corona mengisolasi diri dan meminta perawatan medis.
Tes corona ini secara garis besar terbagi menjadi dua, yaitu polymerase chain reaction (PCR) atau genome sequencing dan tes antibodi atau tes serologi.
Tes PCR mengambil sampel dari air liur di tenggorokan, kerongkongan, atau hidung. Sedangkan tes serologi mengambil sampel darah.
1. Rapid Test Kit Indonesia
Berbagai negara termasuk Indonesia telah menggunakan alat tes cepat atau rapid test kit ini. Rapid test ini menggunakan metode serologi yang mengambil sampel darah untuk melakukan tes antibodi.
Jika ada kuman yang masuk ke dalam tubuh manusia, maka akan menimbulkan reaksi demam. Demam terjadi karena terjadi proses pengenalan antigen oleh sistem imun.
Sistem imun menurutnya membutuhkan waktu sekitar satu hingga dua minggu untuk memproduksi antibodi. Prinsip antibodi itu yang akan dideteksi oleh alat rapid test untuk mengidentifikasi corona.
Metode serologi mendeteksi antibodi penderita yang dibentuk oleh tubuh ketika terjadi infeksi. Proses tes alat rapid bahkan hanya memakan waktu 10 hingga 15 menit.
Metode rapid test hanya bisa mendeteksi penderita yang sudah terinfeksi 7-10 hari. Jika masa infeksi di bawah angka tersebut, penderita masih bisa lolos dari pemeriksaan karena sistem antibodi belum terbentuk.
Tes ini juga tidak butuh sarana pemeriksaan laboratorium pada biosecurity level II. Sehingga, bisa dilaksanakan di hampir semua lab kesehatan di rumah sakit hingga puskesmas di Indonesia.
2. Alat Tes Cobas 6800 dan Cobas 8800
Perusahaan Farmasi Roche Holding AG mengklaim memiliki alat yang mampu mendeteksi virus corona sepuluh kali lebih cepat dari alat sebelumnya yang digunakan.
Cobas 6800/8800 mampu menganalisis asam nukleat yang diekstraksi dari air liur atau lendir pasien dan membandingkannya dengan urutan yang ditemukan pada strain virus corona, termasuk SARS dan yang muncul di Wuhan, China.
Versi 8800 mampu menguji 4.128 pasien sehari dan 6800 dapat menguji sebanyak 1.440 pasien.
Instrumen Cobas 6800/8800 memberikan hasil tes dalam waktu empat jam. Khusus sistem pada Cobas 8800 dapat menguji pasien sekitar 10 kali lebih cepat daripada alat farmasi milik Roche yang lain.
PCR lebih akurat karena mendeteksi gen penderita. Sehingga bisa mendeteksi seseorang terinfeksi atau mengandung virus corona meski ia belum membentuk antibodi atau dalam tahap awal virus corona sehingga belum menimbulkan gejala.
3. Alat Tes PCR Corona Murah Buatan Inggris
Pemerintah Inggris telah mengembangkan tes deteksi virus corona (SARS-CoV-2) massal murah dengan menggunakan perangkat yang bisa digenggam seharga US$ 120 atau setara Rp1,9 juta.
Alat yang dikembangkan oleh peneliti dari Brunel University London, Lancaster University dan University of Surrey itu dapat mengeluarkan hasil tes dalam waktu 30 menit. Pengguna juga membutuhkan alat pengambil sampel swab yang dibanderol sekitar US$5 atau sekitar Rp81 ribu.
Alat tersebut beroperasi dengan terhubung ke aplikasi ponsel pintar untuk menampilkan hasil diagnostik dari hasil sampel lendir hidung atau tenggorokan. Sampel tak perlu lagi dibawa ke laboratorium.
Tes ini berdasarkan teknologi yang ada yang telah digunakan di Filipina untuk menguji penyebaran virus pada ayam. Peneliti telah melakukan adaptasi terhadap alat tersebut untuk mendeteksi corona pada manusia.
Tes ini berdasarkan hasil sampel swab dan bukan tes serologi yang menggunakan sampel darah untuk melihat keberadaan antibodi. Beberapa negara di Uni Eropa, dan Asia, termasuk Indonesia telah menggunakan alat tes serologi ini.
Akan tetapi tes serologi tidak dapat mendeteksi keberadaan DNA virus corona apabila belum ada antibodi yang melawan corona tersebut. Sehingga tes tidak dapat mendeteksi virus yang masih berada di tahap awal.
4. Tes Corona Lewat CT Scan
Komisi Kesehatan Hubei mengaku tidak lagi mengandalkan tes darah untuk mendeteksi virus Covid-19 yang hasilnya memakan waktu berhari-hari. Mereka mengaku saat ini menggunakan CT (computed tomography) scan guna melihat secara langsung organ pasien yang diduga terjangkit Covid-19.
Peralihan metode deteksi diduga terjadi karena Komisi Kesehatan Hubei kekurangan alat tes yang semula digunakan. CT scan dilakukan terhadap organ paru-paru pasien. Sebab, Covid-19 diketahui menyerang paru-paru dan ginjal.
CT scan adalah satu dari lima hal yang diperlukan untuk membuat diagnosis, bersama dengan gejala, riwayat klinis, perkembangan penyakit, dan tes laboratorium.
Studi baru dari The Lancet menemukan bahwa Covid-19 dapat menyebabkan sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS) yang seringkali berakibat fatal.
Melansir Channel News Asia, Komisi Kesehatan Hubei mengatakan penggunaan CT scan untuk mendeteksi Covid-19 bisa membuat pasien mendapat penanganan lebih dini dan konsisten.
Alat tes massal ini diperlukan untuk menekan penyebaran pandemi Covid-19. Dengan alat tes ini, para pasien positif corona mengisolasi diri dan meminta perawatan medis.
Tes corona ini secara garis besar terbagi menjadi dua, yaitu polymerase chain reaction (PCR) atau genome sequencing dan tes antibodi atau tes serologi.
Tes PCR mengambil sampel dari air liur di tenggorokan, kerongkongan, atau hidung. Sedangkan tes serologi mengambil sampel darah.
1. Rapid Test Kit Indonesia
Berbagai negara termasuk Indonesia telah menggunakan alat tes cepat atau rapid test kit ini. Rapid test ini menggunakan metode serologi yang mengambil sampel darah untuk melakukan tes antibodi.
Jika ada kuman yang masuk ke dalam tubuh manusia, maka akan menimbulkan reaksi demam. Demam terjadi karena terjadi proses pengenalan antigen oleh sistem imun.
Sistem imun menurutnya membutuhkan waktu sekitar satu hingga dua minggu untuk memproduksi antibodi. Prinsip antibodi itu yang akan dideteksi oleh alat rapid test untuk mengidentifikasi corona.
Metode serologi mendeteksi antibodi penderita yang dibentuk oleh tubuh ketika terjadi infeksi. Proses tes alat rapid bahkan hanya memakan waktu 10 hingga 15 menit.
Metode rapid test hanya bisa mendeteksi penderita yang sudah terinfeksi 7-10 hari. Jika masa infeksi di bawah angka tersebut, penderita masih bisa lolos dari pemeriksaan karena sistem antibodi belum terbentuk.
Tes ini juga tidak butuh sarana pemeriksaan laboratorium pada biosecurity level II. Sehingga, bisa dilaksanakan di hampir semua lab kesehatan di rumah sakit hingga puskesmas di Indonesia.
2. Alat Tes Cobas 6800 dan Cobas 8800
Perusahaan Farmasi Roche Holding AG mengklaim memiliki alat yang mampu mendeteksi virus corona sepuluh kali lebih cepat dari alat sebelumnya yang digunakan.
Cobas 6800/8800 mampu menganalisis asam nukleat yang diekstraksi dari air liur atau lendir pasien dan membandingkannya dengan urutan yang ditemukan pada strain virus corona, termasuk SARS dan yang muncul di Wuhan, China.
Versi 8800 mampu menguji 4.128 pasien sehari dan 6800 dapat menguji sebanyak 1.440 pasien.
Instrumen Cobas 6800/8800 memberikan hasil tes dalam waktu empat jam. Khusus sistem pada Cobas 8800 dapat menguji pasien sekitar 10 kali lebih cepat daripada alat farmasi milik Roche yang lain.
PCR lebih akurat karena mendeteksi gen penderita. Sehingga bisa mendeteksi seseorang terinfeksi atau mengandung virus corona meski ia belum membentuk antibodi atau dalam tahap awal virus corona sehingga belum menimbulkan gejala.
3. Alat Tes PCR Corona Murah Buatan Inggris
Pemerintah Inggris telah mengembangkan tes deteksi virus corona (SARS-CoV-2) massal murah dengan menggunakan perangkat yang bisa digenggam seharga US$ 120 atau setara Rp1,9 juta.
Alat yang dikembangkan oleh peneliti dari Brunel University London, Lancaster University dan University of Surrey itu dapat mengeluarkan hasil tes dalam waktu 30 menit. Pengguna juga membutuhkan alat pengambil sampel swab yang dibanderol sekitar US$5 atau sekitar Rp81 ribu.
Alat tersebut beroperasi dengan terhubung ke aplikasi ponsel pintar untuk menampilkan hasil diagnostik dari hasil sampel lendir hidung atau tenggorokan. Sampel tak perlu lagi dibawa ke laboratorium.
Tes ini berdasarkan teknologi yang ada yang telah digunakan di Filipina untuk menguji penyebaran virus pada ayam. Peneliti telah melakukan adaptasi terhadap alat tersebut untuk mendeteksi corona pada manusia.
Tes ini berdasarkan hasil sampel swab dan bukan tes serologi yang menggunakan sampel darah untuk melihat keberadaan antibodi. Beberapa negara di Uni Eropa, dan Asia, termasuk Indonesia telah menggunakan alat tes serologi ini.
Akan tetapi tes serologi tidak dapat mendeteksi keberadaan DNA virus corona apabila belum ada antibodi yang melawan corona tersebut. Sehingga tes tidak dapat mendeteksi virus yang masih berada di tahap awal.
4. Tes Corona Lewat CT Scan
Komisi Kesehatan Hubei mengaku tidak lagi mengandalkan tes darah untuk mendeteksi virus Covid-19 yang hasilnya memakan waktu berhari-hari. Mereka mengaku saat ini menggunakan CT (computed tomography) scan guna melihat secara langsung organ pasien yang diduga terjangkit Covid-19.
Peralihan metode deteksi diduga terjadi karena Komisi Kesehatan Hubei kekurangan alat tes yang semula digunakan. CT scan dilakukan terhadap organ paru-paru pasien. Sebab, Covid-19 diketahui menyerang paru-paru dan ginjal.
CT scan adalah satu dari lima hal yang diperlukan untuk membuat diagnosis, bersama dengan gejala, riwayat klinis, perkembangan penyakit, dan tes laboratorium.
Studi baru dari The Lancet menemukan bahwa Covid-19 dapat menyebabkan sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS) yang seringkali berakibat fatal.
Melansir Channel News Asia, Komisi Kesehatan Hubei mengatakan penggunaan CT scan untuk mendeteksi Covid-19 bisa membuat pasien mendapat penanganan lebih dini dan konsisten.
Komentar