Meski tak sehat untuk tubuh, tapi gula hadir dalam banyak makanan dan minuman. Tak ada salahnya jika Anda berhenti mengonsumsinya. Namun, seperti apa reaksi tubuh yang terjadi saat Anda berhenti mengonsumsi gula?
Ada banyak alasan mengapa gula sulit ditolak. Selain rasa manisnya yang enak di lidah, gula juga mengaktifkan reseptor opioid pada otak yang akan meningkatkan suasana hati.
Meski dapat meningkatkan suasana hati, namun beberapa efek negatif kelebihan gula juga tak bisa dikesampingkan. Beberapa di antaranya adalah sakit kepala, kelebihan gula darah, hingga ketidakseimbangan hormon.
Namun, penting juga untuk dicatat bahwa gula olahan berbeda dengan gula alami yang ditemukan dalam buah, madu, dan susu tanpa pemanis. Gula halus atau dikenal sebagai sukrosa diproses dari tebu dan bit. Sukrosa tinggi kalori dan tidak memiliki gizi nyata. Sedangkan gula alami mengandung vitamin dan mineral.
Ahli gizi Sara Siskind mengatakan, akan ada masa transisi yang sulit pada awalnya saat Anda berhenti mengonsumsi gula.
"Penelitian menunjukkan bahwa ada efek [berhenti konsumsi gula] yang sama dengan seseorang yang berhenti menggunakan narkoba," ujar Siskind, mengutip Insider. Anda akan mengalami kelelahan, sakit kepala, penglihatan kabur, dan lekas marah. Beberapa orang bahkan mengalami gangguan pencernaan.
Berikut reaksi tubuh yang terjadi saat berhenti konsumsi gula.
Ilustrasi. Pada awalnya, tubuh akan bereaksi berlebih saat Anda berhenti mengonsumsi gula. (B3R3N1C3/Pixabay)
1. Suasana hati berubah drastis
Gula melepaskan hormon dopamin dan serotonin di otak. Kedua hormon tersebut dikenal sebagai pencipta rasa bahagia. Dengan kata lain, semakin banyak gula yang Anda konsumsi, semakin baik perasaan Anda.
Hal yang berbeda akan terjadi saat Anda berhenti mengonsumsi gula. Tubuh akan mengalami penarikan yang tidak nyaman bagi otak.
"Ketika Anda mulai mengurangi asupan gula, Anda akan merasa rewel dan mudah tersinggung, terutama dalam beberapa hari pertama," ujar ahli kesehatan Robert Glatter.
Beberapa orang bahkan mengalami kelelahan, sakit kepala, atau perasaan sedih.
"Setelah sekitar satu minggu, energi Anda akan mulai membaik, dan Anda tak lagi mudah marah," kata Glatter.
2. Warna kulit akan semakin jelas
Konsumsi gula yang tinggi pada gilirannya dapat memicu peradangan pada kulit. Akibatnya, elastisitas dan kolagen--yang membuat kulit terlihat bercahaya--menjadi rusak dan menimbulkan kerutan.
Dengan mengurangi asupan gula, kulit akan lebih bercahaya. Glatter mengatakan, mengurangi asupan gula dapat membantu memperbaiki kulit dengan memperkuat elastin dan kolagen serta mengurangi tingkat peradangan.
3. Kualitas tidur membaik
Putus hubungan dengan gula pada awalnya akan membuat Anda sulit tidur. Namun, dalam beberapa pekan setelahnya, Anda akan mendapatkan kualitas tidur yang lelap.
Kualitas tidur yang membaik muncul karena gula rafinasi dapat mengurangi tingkat slow wave sleep (SWS), tidur restoratif yang mengonsolidasikan memori dan informasi sepanjang hari, tidur dengan gerakan mata cepat (REM), serta fase mimpi.
Mengurangi asupan gula akan menurunkan intensitas terbangun di malam hari.
4. Berat badan menurun
Mengonsumsi gula dalam jumlah berlebihan dapat berkontribusi pada penambahan berat badan. Namun, mengurangi gula hanya salah satu faktor untuk menurunkan berat badan.
"Ketika Anda mengurangi atau menghilangkan gula, penyimpanan lemak akan menurun secara perlahan, dan Anda akan kehilangan berat badan. Namun, ini membutuhkan waktu, efeknya baru dapat dirasa pada satu hingga dua pekan," jelas Glatter.
Ada banyak alasan mengapa gula sulit ditolak. Selain rasa manisnya yang enak di lidah, gula juga mengaktifkan reseptor opioid pada otak yang akan meningkatkan suasana hati.
Meski dapat meningkatkan suasana hati, namun beberapa efek negatif kelebihan gula juga tak bisa dikesampingkan. Beberapa di antaranya adalah sakit kepala, kelebihan gula darah, hingga ketidakseimbangan hormon.
Namun, penting juga untuk dicatat bahwa gula olahan berbeda dengan gula alami yang ditemukan dalam buah, madu, dan susu tanpa pemanis. Gula halus atau dikenal sebagai sukrosa diproses dari tebu dan bit. Sukrosa tinggi kalori dan tidak memiliki gizi nyata. Sedangkan gula alami mengandung vitamin dan mineral.
Ahli gizi Sara Siskind mengatakan, akan ada masa transisi yang sulit pada awalnya saat Anda berhenti mengonsumsi gula.
"Penelitian menunjukkan bahwa ada efek [berhenti konsumsi gula] yang sama dengan seseorang yang berhenti menggunakan narkoba," ujar Siskind, mengutip Insider. Anda akan mengalami kelelahan, sakit kepala, penglihatan kabur, dan lekas marah. Beberapa orang bahkan mengalami gangguan pencernaan.
Berikut reaksi tubuh yang terjadi saat berhenti konsumsi gula.
Ilustrasi. Pada awalnya, tubuh akan bereaksi berlebih saat Anda berhenti mengonsumsi gula. (B3R3N1C3/Pixabay)
1. Suasana hati berubah drastis
Gula melepaskan hormon dopamin dan serotonin di otak. Kedua hormon tersebut dikenal sebagai pencipta rasa bahagia. Dengan kata lain, semakin banyak gula yang Anda konsumsi, semakin baik perasaan Anda.
Hal yang berbeda akan terjadi saat Anda berhenti mengonsumsi gula. Tubuh akan mengalami penarikan yang tidak nyaman bagi otak.
"Ketika Anda mulai mengurangi asupan gula, Anda akan merasa rewel dan mudah tersinggung, terutama dalam beberapa hari pertama," ujar ahli kesehatan Robert Glatter.
Beberapa orang bahkan mengalami kelelahan, sakit kepala, atau perasaan sedih.
"Setelah sekitar satu minggu, energi Anda akan mulai membaik, dan Anda tak lagi mudah marah," kata Glatter.
2. Warna kulit akan semakin jelas
Konsumsi gula yang tinggi pada gilirannya dapat memicu peradangan pada kulit. Akibatnya, elastisitas dan kolagen--yang membuat kulit terlihat bercahaya--menjadi rusak dan menimbulkan kerutan.
Dengan mengurangi asupan gula, kulit akan lebih bercahaya. Glatter mengatakan, mengurangi asupan gula dapat membantu memperbaiki kulit dengan memperkuat elastin dan kolagen serta mengurangi tingkat peradangan.
3. Kualitas tidur membaik
Putus hubungan dengan gula pada awalnya akan membuat Anda sulit tidur. Namun, dalam beberapa pekan setelahnya, Anda akan mendapatkan kualitas tidur yang lelap.
Kualitas tidur yang membaik muncul karena gula rafinasi dapat mengurangi tingkat slow wave sleep (SWS), tidur restoratif yang mengonsolidasikan memori dan informasi sepanjang hari, tidur dengan gerakan mata cepat (REM), serta fase mimpi.
Mengurangi asupan gula akan menurunkan intensitas terbangun di malam hari.
4. Berat badan menurun
Mengonsumsi gula dalam jumlah berlebihan dapat berkontribusi pada penambahan berat badan. Namun, mengurangi gula hanya salah satu faktor untuk menurunkan berat badan.
"Ketika Anda mengurangi atau menghilangkan gula, penyimpanan lemak akan menurun secara perlahan, dan Anda akan kehilangan berat badan. Namun, ini membutuhkan waktu, efeknya baru dapat dirasa pada satu hingga dua pekan," jelas Glatter.
Komentar