Kangkung : Primadona di Indonesia, Hama di Amerika


Kangkung merupakan salah satu makanan populer di Asia, termasuk Indonesia. Rasanya yang segar dan renyah membuat sayuran hijau ini digemari oleh banyak kalangan.

Biasanya kangkung dihidangkan dalam beberapa kreasi masakan, salah satu yang paling populer adalah tumis kangkung.

Namun siapa sangka, mengutip dari South China Morning Post kangkung dilarang di negara Barat karena dianggap sebagai gulma.

Alasannya, kangkung bisa tumbuh subur di air dan dapat memenuhi kolam serta danau, menyumbat saluran air, dan menghalangi perahu.

Kangkung memang dikenal memiliki pertumbuhan yang cepat. Bahkan tanaman ini bisa tumbuh sepanjang 4 inci per hari.

Pada tahun 1973, negara bagian Florida melarang penanaman kangkung karena alasan tersebut. Regulator federal kemudian mengklasifikasikan kangkung sebagai gulma berbahaya.

Hingga saat ini, beberapa negara bahkan masih melarang penjualan kangkung. Sementara itu, beberapa negara bagian AS sudah memperbolehkan petani menanam kangkung asalkan memiliki izin.

Di balik itu, kangkung sebenarnya menyimpan banyak kandungan yang bermanfaat bagi tubuh. Mengutip The Star Online, kangkung mengandung air, protein, serat, riboflavin, dan nicotianamide.

Selain itu, kangkung juga diperkaya oleh vitamin C, vitamin E, karotin, asam amino termasuk polifenol yang merupakan antioksidan, serta mineral seperti potasium, zat besi, dan magnesium.

Berkat kandungannya ini, kangkung dipercaya mampu membantu mengatasi diabetes, meningkatkan sistem imun, mengurangi kadar kolesterol, menghindari penuaan dini, dan mencegah penyakit jantung.

Kangkung sendiri sudah mulai eksis di Cina sejak zaman Dinasti Ming, yaitu tahun 1368-1644. Tanaman ini disebut sebagai kubis rawa karena bisa tumbuh subur baik di daratan dan perairan.

Pada abad ke-16, kangkung dikenal dengan nama kongxincai yang artinya 'sayuran jantung kosong'. Konon, ada seorang menteri yang dipaksa mencabut jantungnya karena salah satu istri raja merasa lelah dengan nasihat yang ia berikan. Di atas makamnya, tumbuh tanaman kangkung yang akhirnya disebut sebagai kongxincai.

Komentar